Bagaimana Orang "Rata-Rata" bisa Sukses?
18.15 Financial, Sharing Tips 0 komentar W4nz
Di Universitas, Jim tampaknya seperti bintang klasik. Dia bisa mendapat nilai tinggi dengan mudah, dan teman sekelasnya memastikan bahwa dia ‘pasti akan sukses’. Setelah tamat, dia bisa memilih pekerjaan sesuka hatinya.
Jim bergabung dengan departemen penjualan di sebuah perusahaan asuransi besar dan mula-mula kerjanya bagus. Tapi akhirnya mentok dan pindah ke perusahaan kecil, di tempat itu dia juga mentok lagi. Bosan dengan bidang penjualan, dia mencoba dengan manajemen penjualan. Sekali lagi, pola yang serupa berkembang. Kalau awalnya dia sangat disukai, dianggap sebagai seorang bintang, tapi segera juga dia melempem seperti kerupuk kena air. Sekarang dia menjual asuransi untuk perusahaan lain lagi – dan anehnya dia tidak meningkat menjadi lebih baik,
Beda dengan Joseph D. Arrigo. “Saya selalu menganggap diri saya sebagai orang tingkat rata-rata. Saya masuk ke asuransi jiwa dan bekerja cukup baik. Karena kemujuran, saya dijadikan anggota komite bersama dengan beberapa penjual besar dalam industri. Saya merasa diri saya sangat rendah.”
Tapi, begitu dia mengenal orang-orang yang berprestasi ini, D. Arrigo menyadari sesuatu. “Mereka tidak lebih jenius daripada saya. Mereka hanya orang biasa yang mengincar sasaran tinggi, kemudian mendapatkan cara untuk mencapai tujuannya”.
Dia juga menyadari sesuatu lainnya “Kalau orang-orang tingkat sedang lainnya bisa mimpi besar, saya juga bisa”. Sekarang dia memiliki perusahaan bernilai jutaan dolar yang berspesialisasi pada keuntungan karyawan.
Mengapa bisa demikian? Seperti kata Theodore Roosevelt...
Orang tingkat rata-rata yang sukses bukanlah jenius. Dia adalah orang yang memiliki kualitas biasa, tetapi mengembangkan kualitas biasa tersebut sampai melebihi tingkat biasa.
Orang-orang tingkat rata-rata yang unggul itu sebenarnya:
1. Mempelajari disiplin pribadi.
Orang tidak memerlukan bakat untuk bisa sukses. Yang diperlukan hanyalah menunda kesenangan sampai berhasil menuai hasil di masa mendatang. Sebaliknya, banyak orang yang kita anggap sebagai bintang yang mengharapkan terlalu banyak dalam waktu yang terlalu cepat. Setelah imbalan tidak datang seketika, mungkin mereka menjadi kesal dan tidak senang.
Disiplin semacam ini juga dipraktekkan dalam keuangan. Ada orang yang punya gaji besar tapi juga punya utang besar. Tapi ada juga orang yang mampu bekerja keras dan menabung sebanyak mungkin. Bedanya hanyalah kemampuan untuk menerapkan disiplin pribadi dan mempraktekkan kesabaran.
2. Mengeluarkan yang terbaik dari orang lain.
Franklin Murphy, dulu seorang penasihat di Universitas California di Los Angeles dan kemudian menjadi eksekutif kepala Times Mirror Co., menyatakan dengan terus terang bahwa dia berhasil berkat bakat orang lain. “Saya selalu mencari orang-orang berbakat, yang mempunyai disiplin pribadi. Kemudian saya mengembangkan rasa saying dan loyalitas mereka. Saya merekrut mereka, memberi motivasi, dan setelah kami mencapai sesuatu, saya berbagi penghargaan dengan mereka”
Banyak orang yang tidak tahan mendapat bantuan dari orang lain atau berbagi keberhasilan, kerapa kali karena ego yang terlalu besar. Kerjasama merupakan kuncinya.
3. Membina landasan pengetahuan.
Pencapai prestasi rata-rata tidak mengincar jabatan puncak, seperti yang cenderung dilakukan oleh banyak bintang yang ingin cepat menanjak – tetapi jabatan yang berada satu tingkat di atasnya. Maka mereka sering memperluas landasan pengetahuannya dengan cara yang tidak dilakukan oleh banyak bintang.
Seorang pemuda bernama Holtz, yang tidak cukup baik untuk bisa menonjol di satu posisi dalam tim sepakbola sekolah menengah Amerika yang diikutinya. Dia mempelajari setiap posisi dan menunggu kesempatannya. Ketika dia diwisuda kuliah, dia menjadi asisten pelatih di lima universitas.
Pada saat dia mengambil alih jabatan sebagai pelatih di Universitas Notre Dame di AS pada tahun 1985, Lou Holtz telah membina sebuah landasan pengetahuan yang luas tentang kepelatihan dan segera kembali ke universitas sebagai pimpinan tertinggi tim universitas. Dalam pekerjaannya sebagai pelatih enam musim pertandingan, Notre Dame merebut kemenangan yang mengagumkan sebanyak 77 persen.
4. Mengembangkan keahlian khusus.
Howard Gardener, seorang ahli psikologi, memperhatikan bahwa tes IQ standar terutama hanya mengukur 2 jenis kemampuan yaitu keahlian matematika dan bahasa. Pada kenyataannya, paling sedikit ada 7 keahlian intelektual: matematika, logika, linguistic, musik, ruangan, kinesthetic tubuh, dan 2 jenis intelektual kepribadian: bagaimana kita memahami orang lain dan bagaimana kita menanggapi mimpi kita, rasa takut dan frustasi.
Mungkin Anda tidak begitu baik dalam matematika, tapi punya keahlian di bidang desain; atau mungkin Anda punya keahlian membujuk orang dan kalau diberi latihan bisa menjadi negosiator yang hebat.
5. Menepati janji.
Seseorang yang mampu menepati janji jarang sekali kita temui sekarang ini. Sehingga bila kita memilikinya, maka orang lain akan berpikir bahwa kita seorang jenius.
6. Bangkit dari kekalahan.
Tidak ada yang lebih kuat daripada seseorang dengan otak tingkat rata-rata yang mengangkat kepalanya tinggi-tinggi serta menghadapi kehidupan dengan penuh semangat dan keyakinan.
Lihatlah Abraham Lincoln, presiden besar AS sepanjang masa, dia berasal dari keluarga miskin dan penampilannya tidak menonjol. Sempat gagal pada pencalonan gubernur dan presiden namun akhirnya dia bangkit dan mampu merubah pandangan dunia tentang arti ‘tingkat rata-rata’.
Tags: Financial, Sharing Tips
Sharing is sexyRelated posts
0 komentar for this post
Leave a Reply